POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PAKAN IKAN ALTERNATIF
1.
LATAR BELAKANG
Pemeliharaan ikan
secara intensif memerlukan pakan komersil yang tepat mutu, tepat waktu, dan
tepat jumlah. Pakan komersil yang diproduksi oleh pabrik memiliki kualitas dan
jumlah yang terjamin. Akan tetapi, harga pakan komersil yang semakin hari
semakin meningkat telah meresahkan para pembudidaya ikan termasuk di Kabupaten
Pringsewu. Hal ini akan menyebabkan naiknya biaya produksi secara umum. Efek
domino dari kenaikan biaya produksi ini yaitu kenaikan harga-harga produk
perikanan. Secara tidak langsung, konsumen akhirlah yang dibebankan untuk
menanggung pembengkakan biaya produksi. Pada akhirnya daya beli konsumen
menjadi penentu akhir keberlanjutan industri akuakultur. Apabila daya beli
konsumen tinggi, mungkin tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi pada
kenyataannya daya beli konsumen (Indonesia) tidak demikian halnya. Ketergantungan pabrik pakan terhadap
bahan baku impor menyebabkan harga pakan menjadi mahal. Menurut data yang
diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, impor tepung ikan
Indonesia mencapai 88.902 ton. Sedangkan selama semester pertama 2007, DKP
mencatat impor produk perikanan mayoritas berupa tepung ikan yang mencapai
25.905 ton, sedangkan dalam bentuk ikan segar atau beku mencapai 18.872 ton
hingga Juli 2007. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia dalam pengadaan
bahan pembuat pakan. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sebagai sumber
protein yang berbasis bahan baku lokal.
Maggot atau larva dari lalat black soldier (Hermetia illicens) merupakan salah satu alternatif pakan yang
memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Murtidjo (2001) menyebutkan bahwa
bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19 %, digolongkan
sebagai bahan makanan sumber protein. Berdasarkan hasil proksimat maggot yang
telah dilakukan, Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot yang dikultur dengan
menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi memiliki kandungan protein 38,32
%. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh BBPBAT
Sukabumi, maggot yang dikultur menggunakan bungkil kelapa sawit yang telah
difermentasi memiliki kandungan protein 45,14 %. Hal ini berarti maggot
memenuhi syarat sebagai sumber protein. Aplikasi penggunaan maggot sebagai
pakan sangat mudah diterapkan. Tidak seperti halnya pabrik pakan yang
menggunakan formulasi pakan yang cukup rumit. Maggot dapat dijadikan pakan
secara langsung dalam bentuk segar ataupun dicampur bahan lain seperti dedak
untuk dijadikan pelet. Hal ini tentunya akan memudahkan petani untuk
memproduksi pakan sendiri.
2.
TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
a.
Penyediaan pakan ikan
alternatif yang murah namun berkualitas dengan pemanfaatan limbah organik yang berasal
dari pasar-pasar tradisional di sekitar Kabupaten Pringsewu.
3.
SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan adalah Kelompok Pembudidaya
Ikan (Pokdakan) dan masyarakat perikanan yang merupakan binaan Dinas Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Pringsewu.
4.
KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran
(output) yang diharapkan dari
kegiatan ini adalah:
a.
Tersedianya Pakan Ikan
Organik yang terjangkau dan berkualitas baik.
5.
HASIL (OUTCOME)
Keluaran
(output) yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
a.
Meningkatkan
hasil produksi perikanan.
b.
Meningkatkan
pendapatan Pembudidaya Ikan.
6.
RINCIAN PEKERJAAN
Kebutuhan bahan pakan untuk menghasilkan 50 kg pakan ikan:
Ø
Dedak 20 kg
Ø
Jagung lembut 5 kg
Ø
Ikan Asin/Ikan rusak/ikan afkir (segala jenis) 10 kg
Ø
Timun dan tomat @ 2 kg
Ø
Gula merah 0,5 kg
Ø
Munthul / mantang / ubi jalar rebus 15 kg
Ø
Temu lawak, jahe, lengkuas @ 20 gram
Ø
Merica/lada 2 sachet
Ø
Bawang putih 20 gr
Ø
Probiotik 300 cc.
7.
CARA MEMBUAT PAKAN
ORGANIK
a. Ubi jalar dikukus lalu didinginkan 6-8 jam, lalu
giling sampai halus
b. Haluskan ikan afkir/ikan rusak
c. Campurkan ubi jalar, ikan afkir, jagung giling, dan
dedak hingga merata
d. Blender tomat dan mentimun kemudian masukkan ke
ember/baskom, tambahkan gula merah yang telah dicairkan dan 300cc Probiotik
e. Siramkan campurkan tomat tersebut kedalam campuran
ubi jalar aduk hingga merata
f. Simpan di dalam wadah tertutup, bungkus dan tutup
rapat dengan karung atau terpal. Setelah 7 (tujuh) hari buka dan aduk. Tutup
rapat kembali dan aduk 7 (tujuh) hari kemudian. Setelah 21(duapuluh satu) hari
dibuka dan diaduk, jika Maggot belum muncul biarkan tutup wadah dibuka, 2-3
hari kemudian maggot akan muncul
g. Kering anginkan pakan tersebut dalam ruangan,
setelah 18-24 jam kemudian pakan siap diberikan.
a. Gambar Pakan Fermentasi ditumbuhi Maggot b.PakanMaggot