I.
PENDAHULUAN
Keberhasilan
usaha pembenihan Lele sangat tergantung kepada ketersediaan pakan alami, pakan
hidup, berupa Cacing Sutra (Tubifex sp) yang sementara itu masih mengandalkan
pencarian tangkapan dari alam yaitu dari parit saluran air yang banyak
mengandung bahan organik sisa sisa dari limbah pasar atau limbah rumah tangga
yang mengalir di saluran /parit pembuangan .
Ketersediaan
cacing ini di alam tidak kontinyu sepanjang tahun, terutama pada musim
penghujan akan sulit mendapatkannya, padahal saat itu
kegiatan pembenihan lele lagi gencar-gencar nya.
Untuk itu maka Budidaya Cacing (Tubifex) ini
merupakan alternatif karena kalau
menggunakan pakan hidup berupa Artemia khususnya untuk usaha pembenihan Lele
menjadi kurang ekonomis.
Usaha budidaya cacing ini terjadi berdasarkan hasil
pengamatan dan pengalaman di lapangan yaitu pengamatan pada saat pemanenan pembesaran
ikan lele konsumsi mengalami masalah untuk membuang air limbah organik yang
kemudian ditampung di kolam yang kurang produktif, kuarang dapat menampung air.
Hal ini dilakukan berulang kali setiap panen ikan, secara tidak sengaja di kolam
tersebut mulai terlihat banyak cacing yang tumbuh dan berkembang. Dari pengamatan dan pengalaman inilah
kami kemudian mencoba cacing ini untuk
dirawat dipelihara dibudidayakan
sampai saat ini.
Alhamdulillah usaha ini sampai sekarang sudah
berlangsung lebih kurang dua tahun sehingga ketersediaan pakan cacing ini tidak
lagi tergantung dari pencarian di alam.
Cacing rambut/sutra (Tubifex sp) merupakan salah satu alternatif pakan alami yang baik
untuk perkembangan ikan, terutama pada saat fase larva hingga benih karena memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ikan.
Cacing ini mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya
yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak
mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1 – 2 cm, terdiri dari 30 – 60
segmen atau ruas. Berkembang biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen
terlarut berkisar antara 2 – 5 ppm,
kandungan ammonia <1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 0C dan
pH air antara 6 – 8. Cacing sutra (Tubifex
sp) ini bersifat hermaprodit, pada satu organism mempunyai 2 alat kelamin.
Cacing sutra (Tubifex
sp) dapat dibudidayakan dan dapat digunakan langsung untuk ikan larva atau
benih ikan. Tubifex sp dapat juga di simpan dalam bentuk cacing beku (fresh)
maupun kering (oven)
Klasifikasi
Filum : Annelida
Kelas :
Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies
: Tubifex sp
II.
PROSES BUDIDAYA
Kegiatan
Budidaya Cacing sutra yang kami lakukan sangat simple dan sederhana sehingga
dapat dilakukan oleh para UPR asalkan tersedia limbah air kolam hasil
pembuangan dari kolam pembesaran ikan Lele. Adapun urutan kegiatannya sebagai
berikut :
1. Pengolahan
lahan.
Kolam
yang kurang produktif untuk budidaya ikan dikeringkan dan diolah, kemudian
masukkan air limbah dari pembuangan hasil pembesaran ikan Lele. Luas kolam yang
digunakan berkisara antara 60-100 m2.
2. Pengendapan
air.
Air
yang masuk di endapkan selama 3-5 hari. Setelah di endapkan air yang tergenang
diturunkan hingga 5 – 10 cm dari permukaan lumpur kemudian lumpur diratakan
dengan sorok sehingga permukaan lumpur menjadi rata dan dibiarkan selama
beberapa hari. Proses ini di ulangi 2 – 3 kali hingga lumpur halus yang ada di
kolam cukup banyak.
3. Penebaran
benih.
Tebar
bibit cacing indukan sebanyak 10 gelas (2-3 liter), kemudian airi dengan
ketinggian 5-7 cm.
4. Perawatan.
Selama
masa pemeliharaan air di usahan mengalir kecil sehingga ketinggian air pada
5-10 cm. Setelah 10 hari biasanya bibit cacing sutra mulai tumbuh halus dan
merata di seluruh permukaan lumpur dalam kolam. Ulangi lagi proses penambahan
air buangan panen ikan lele ke dalam kolam budidaya cacing sutra maka setelah
2-3 bulan cacing mulai dapat dipanen.
III.
PANEN
Pemanenan
pertama dapat dilakukan setelah 75-90 hari. Untuk selanjutnya dapt dipanen
setiap 15 hari.
Proses pemanenan
cacing sutra yaitu dengan cara menaikkan ketinggian air sebesar 50-60 cm
kemudian cacing dan lumpur di keruk dengan caduk dimasukkan dalam baskom
kemudian dicuci dengan saringan. Cacing yang didapat masih bercampur dengan lumpur
dimasukkan ke dalam ember atau bak yang berisi air, kira-kira 1 cm diatas media
budidaya/lumpur. Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan
selama 1 – 2 jam. Cacing akan bergerombol diatas media dan dapat diambil dengan
tangan untuk dipisahkan dari media/lumpur kemudian dimasukkan dalam bak
pemberokan selama 10-12 jam. Cacing siap di berikan kepada benih ikan.
IV.
ANALISA USAHA
- Biaya
Produksi :
- Biaya
sewa lahan setahun (60-100 m2)
= Rp. 500.000,-
- Persiapan
lahan 2 org x 3 hari x 30.000 = Rp. 180.000,-
- Baskom 2 bh x (@Rp. 25.000 ) = Rp 50.000,-
- Serokan
(Caduk) 1 bh = Rp.
30.000,-
- Saringan
1 bh = Rp. 25.000,-
- Paralon
4 btg (@ Rp. 60.000) = Rp. 240.000
,-
- Sewa pompa
x 20 (@ Rp. 50.000) = Rp.1.000.000,-
- Ongkos
Panen 1 org x 30.000 x 3 hari x 17 siklus =
Rp.1.530.000,-
- Biaya lain-lain = Rp.
135.000,-
Jumlah
biaya produksi = Rp. 3.690.000,-
- Hasil
Produksi
- Panen
Pertama (75-90 hari) :
- 100
gelas x Rp 5000 = Rp. 500.000,-
- Panen
berikutnya (setiap 15 hari) 150-250 gls/siklus : 16
siklus
(200 gelas x 16 siklus = 3200 gelas)
- 3200 x Rp 5000/gls = Rp. 16.000.000,-
- Jumlah = Rp. 16.500.000,-
- Analisa
Siklus
awal pemeliharaan cacing memerlukan waktu 75-90 hari dan selanjutnya panen
dapat dilakukan setiap 15 hari sekali.
Selama 8 bulan
Nilai
produksi : 3300 gelas cacing x Rp.
5000,- = Rp. 16.500.000,-
Biaya
Produksi untuk 3300 gelas cacing = Rp. 3.690.000-
Pendapatan
per tahun = Rp.
12. 810.000,-
Biaya
Produksi cacing per gelas = Rp.
818,20